Finance
Laporan Speedtest: Internet Indonesia Masih Tertinggal
Laporan Speedtest: Internet Indonesia Masih Tertinggal

Laporan Speedtest terbaru yang di rilis oleh Speedtest Global Index kembali menyoroti posisi Indonesia dalam peta kecepatan internet dunia. Menurut data tersebut, meski terjadi peningkatan kecil dari tahun sebelumnya, internet di Indonesia masih tertinggal jauh di bandingkan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Peringkat Indonesia untuk kecepatan unduh (download) rata-rata internet broadband tetap berada di papan bawah, sementara untuk internet seluler hanya menunjukkan sedikit perbaikan. Fakta ini menjadi cerminan bahwa tantangan besar masih menghadang dalam upaya mempercepat konektivitas digital di tanah air.
Salah satu penyebab utama lambatnya internet di Indonesia adalah ketimpangan infrastruktur. Banyak daerah yang masih mengandalkan jaringan 3G, sementara negara lain sudah beralih penuh ke 4G bahkan 5G. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan, masyarakat memang bisa menikmati kecepatan internet yang relatif lebih baik, namun kualitasnya tidak merata. Sering kali, pada jam-jam sibuk, kecepatan internet turun drastis dan menyebabkan pengalaman pengguna tidak konsisten.
Dari sisi penyedia layanan internet (ISP), beberapa operator besar di Indonesia sudah berupaya meningkatkan kapasitas jaringan, tetapi terbentur pada tantangan geografis. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau menjadikan pembangunan infrastruktur telekomunikasi sangat kompleks dan membutuhkan biaya besar. Kabel serat optik yang menjadi tulang punggung jaringan internet modern belum merata menjangkau pelosok, sehingga banyak daerah masih bergantung pada satelit dengan latensi tinggi.
Laporan Speedtest dengan kecepatan internet bukan hanya soal kenyamanan pengguna dalam menonton video atau bermain gim daring, melainkan juga faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi digital. Bisnis berbasis daring, UMKM yang menjual produknya melalui marketplace, hingga sektor pendidikan yang kini sangat mengandalkan pembelajaran jarak jauh, semuanya bergantung pada koneksi internet yang cepat dan stabil. Dengan kondisi internet yang masih tertinggal, potensi perkembangan ekonomi digital Indonesia bisa terhambat dan tidak optimal.
Perbandingan Dengan Negara Tetangga Di Asia Tenggara
Perbandingan Dengan Negara Tetangga Di Asia Tenggara jika kita melihat data perbandingan antarnegara, ketertinggalan Indonesia semakin jelas. Singapura, misalnya, berada di posisi teratas dunia dalam hal kecepatan internet broadband, dengan rata-rata unduh mencapai lebih dari 250 Mbps. Thailand dan Malaysia juga menunjukkan performa yang sangat baik dengan kecepatan di atas 100 Mbps. Sementara itu, Indonesia masih berkutat di angka puluhan Mbps saja.
Dari sisi internet seluler, kondisi juga belum memuaskan. Vietnam, Malaysia, dan bahkan Filipina kini sudah menunjukkan tren peningkatan yang stabil. Indonesia memang memiliki jumlah pengguna internet seluler yang besar, tetapi kualitas kecepatan masih tertinggal. Hal ini ironis mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa seharusnya bisa menjadi pendorong investasi infrastruktur jaringan yang lebih serius.
Ketertinggalan ini tidak hanya berdampak pada aspek teknis, tetapi juga menciptakan kesenjangan digital antarwilayah. Wilayah perkotaan cenderung lebih maju dengan konektivitas yang memadai, sedangkan daerah pedesaan atau wilayah terpencil harus puas dengan koneksi lambat. Kesenjangan inilah yang membuat pembangunan ekonomi digital Indonesia tidak merata. Misalnya, UMKM di kota besar bisa dengan mudah mengakses pasar global melalui platform daring, sementara pelaku usaha di daerah terpencil terkendala karena koneksi internet lemah atau tidak stabil.
Di bandingkan dengan Vietnam, yang dalam beberapa tahun terakhir agresif membangun infrastruktur fiber optik, Indonesia terlihat masih lamban. Vietnam berhasil menekan biaya layanan sekaligus meningkatkan kecepatan internet secara signifikan. Malaysia pun sudah mulai meluncurkan jaringan 5G secara komersial dan memperluas cakupan ke berbagai kota besar.
Tidak hanya itu, perbandingan ini juga memberi dampak psikologis kepada masyarakat Indonesia yang merasa iri dengan kemajuan negara lain. Banyak warganet yang membandingkan kualitas internet di Indonesia dengan negara tetangga ketika bepergian ke luar negeri. Perbedaan mencolok ini sering menimbulkan kritik terhadap penyedia layanan dan pemerintah karena di anggap tidak serius memperbaiki kualitas internet di dalam negeri.
Dampak Lambatnya Internet Bagi Masyarakat Dan Ekonomi
Dampak Lambatnya Internet Bagi Masyarakat Dan Ekonomi di Indonesia tidak hanya berdampak pada pengalaman individu, tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap berbagai sektor. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah pendidikan. Selama masa pandemi COVID-19, banyak sekolah dan universitas harus mengandalkan pembelajaran jarak jauh. Namun, karena koneksi internet yang lambat dan tidak stabil, banyak siswa mengalami kesulitan mengikuti pelajaran secara efektif. Hal ini menimbulkan kesenjangan dalam akses pendidikan antara mereka yang tinggal di kota besar dengan mereka yang berada di desa atau wilayah terpencil.
Di sektor bisnis, internet yang lambat juga menghambat produktivitas. UMKM yang ingin memasarkan produknya secara daring sering mengalami kesulitan dalam mengunggah foto produk, berkomunikasi dengan pelanggan, atau melakukan transaksi digital. Padahal, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Jika mereka tidak bisa bersaing secara digital karena terbatasnya akses internet, maka potensi pertumbuhan ekonomi nasional juga ikut terhambat.
Selain itu, sektor kesehatan juga terdampak. Telemedicine yang semakin populer membutuhkan koneksi internet cepat dan stabil untuk konsultasi jarak jauh. Jika kualitas internet buruk, konsultasi bisa terganggu dan mengurangi efektivitas layanan kesehatan digital. Padahal, di masa depan, telemedicine diperkirakan akan menjadi salah satu layanan kesehatan utama, terutama di daerah terpencil yang kekurangan fasilitas kesehatan.
Di bidang hiburan, masyarakat juga kerap mengeluhkan buffering saat menonton video atau keterlambatan dalam bermain gim daring. Walaupun ini terdengar sepele, tetapi industri hiburan digital seperti streaming dan e-sports sebenarnya memiliki nilai ekonomi besar. Dengan internet yang lambat, potensi pasar ini tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia.
Lebih jauh lagi, lambatnya internet juga berpotensi menghambat inovasi teknologi di dalam negeri. Startup yang bergerak di bidang digital membutuhkan akses internet cepat untuk mengembangkan produk dan layanan mereka. Jika kualitas internet tidak mendukung, maka startup Indonesia bisa kalah bersaing dengan perusahaan asing yang beroperasi di negara dengan infrastruktur lebih baik.
Upaya Perbaikan Dan Harapan Ke Depan
Upaya Perbaikan Dan Harapan Ke Depan meski laporan Speedtest menunjukkan kondisi internet Indonesia masih tertinggal, bukan berarti tidak ada upaya untuk memperbaikinya. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meluncurkan berbagai program untuk mempercepat pemerataan internet. Salah satunya adalah proyek Palapa Ring yang bertujuan membangun tulang punggung jaringan serat optik nasional. Proyek ini diharapkan bisa menghubungkan berbagai daerah terpencil dengan jaringan internet berkualitas.
Selain itu, pemerintah juga mulai mendorong implementasi jaringan 5G. Beberapa operator besar sudah melakukan uji coba dan peluncuran terbatas, meskipun cakupannya masih minim. Harapannya, dengan semakin banyak investasi masuk, jaringan 5G bisa diperluas ke lebih banyak wilayah dan memberikan pengalaman internet lebih cepat. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada penyediaan infrastruktur dan biaya investasi yang sangat besar.
Perusahaan penyedia layanan internet juga tidak tinggal diam. Mereka mulai memperluas jaringan fiber optik ke berbagai kota besar dan menawarkan paket internet dengan kecepatan lebih tinggi. Persaingan antar-ISP diharapkan bisa memacu peningkatan kualitas layanan sekaligus menekan harga agar lebih terjangkau bagi masyarakat.
Namun, untuk benar-benar mengejar ketertinggalan, diperlukan strategi jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak. Pemerintah harus memberikan insentif kepada operator untuk memperluas jaringan ke daerah-daerah yang selama ini kurang terlayani. Selain itu, kolaborasi dengan pihak swasta dan investor asing juga penting untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital.
Harapan ke depan adalah Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dan tidak lagi berada di papan bawah peringkat kecepatan internet dunia. Dengan jumlah penduduk besar dan potensi ekonomi digital yang sangat luas, Indonesia sebenarnya memiliki modal kuat untuk menjadi pemain utama di era digital. Kuncinya ada pada keseriusan semua pihak dalam memperbaiki kualitas dan pemerataan internet. Jika langkah-langkah strategis bisa dijalankan dengan konsisten, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan internet Indonesia bisa sejajar dengan negara tetangga bahkan melampauinya dari Laporan Speedtest.