BeritaTV24

Legenda F1, Verstappen Layak Di Sandingkan Dengan Sesepuh?

Legenda F1, Verstappen Layak Di Sandingkan Dengan Sesepuh?
Legenda F1, Verstappen Layak Di Sandingkan Dengan Sesepuh?

Legenda F1 Seperti Lewis Hamilton, Michael Schumacher, Jim Clark, Dan Ayrton Senna, Layakkah Jika Di Sandingkan Dengan Max Verstappen. Dengan telah menjuarai tiga musim Formula 1 berturut-turut setelah menjalani 199 Grand Prix. Jumlah ini merupakan nominal yang sama dengan capaian Prost. Kemudian, dengan jumlah total Grand Prix yang di jalani, Max telah berhasil mencatatkan 61 kemenangan dan kemungkinan akan terus bertambah. Dengan tingkat kemenangan mencapai 31 persen, Verstappen berada di antara yang terbaik. Ia hanya kalah dari Jim Clark, Alberto Ascari, dan Juan Manuel Fangio. Persentase kemenangan ini juga sangat sebanding dengan pencapaian Hamilton, Jackie Stewart, dan Schumacher. Sementara itu, Ayrton Senna dan Alain Prost yang karirnya sering kali bersinggungan, dengan rate kemenangan lebihdari 25 persen bagi tiap pembalap. Fakta ini menjadikan Verstappen sebagai salah satu pembalap yang pantas di bandingkan dengan para legenda pembalap terbaik dalam sejarah F1. 

Statistik seringkali dapat menyesatkan, meskipun demikian mereka tetap menjadi panduan yang berguna dalam mengevaluasi prestasi. Perkembangan teknologi dan meningkatnya kalender balapan dalam setahun mengubah banyak hal dalam olahraga ini. Sehingga, perbandingan lintas era menjadi lebih sulit. Namun, cara paling logis untuk melakukan perbandingan adalah dengan melihat pembalap yang mendefinisikan era saat itu. Yang mana, pendefinisian tersebut ialah mereka yang di anggap pada masanya sebagai yang terbaik, baik oleh para penggemar maupun oleh rekan-rekannya sendiri. Dalam hal ini, beberapa nama besar yang tak terbantahkan adalah Hamilton, Schumacher, Senna, Prost, Lauda, Stewart, Clark, Stirling Moss, dan Fangio. Selain itu, ada juga pembalap lain yang mungkin pernah berada di posisi puncak atau setidaknya berada di level yang sama. Pembalap tersebut seperti Fernando Alonso, Nigel Mansel, Gilles Villeneuve, dan Ascari. Nama ke-10 dalam daftar legenda F1 saat ini sedang di tuju oleh Verstappen.

Kelayakan Verstappen Jika Di Sandingkan Dengan Para Legenda F1

Seperti halnya prediksi pada 2013 terkait Sebastian Vettel saat ia sedang menuju gelar juara keempatnya secara beruntun. Rekor yang telah di torehkan Verstappen menempatkan dirinya dalam perdebatan ini. Serta, banyak orang yang menganggapnya sebagai tolak-ukur utama dalam Formula 1 saat ini. Verstappen tidak pernah di ragukan lagi dalam hal kecepatan, terutama saat kualifikasi. Selain itu, Verstappen juga telah membuktikan kemampuannya mengendarai mobil yang bukan terbaik dan memaksimalkannya. Yang mana ini seperti yang terlihat dari perjuangannya yang brilian dalam meraih podium pada 2019-2020. Sejak Ricciardo meninggalkan RedBull, Verstappen telah mendominasi rekan setimnya. Kesalahan Verstappen semakin berkurang dan tidak ada keraguan bahwa ia telah memiliki keunggulan yang jelas. Dengan pencapaian ini, Verstappen semakin membuktikan diri sebagai salah satu pembalap terbaik yang pernah ada di dunia Formula 1. Tak satu pun rekan tim Verstappen yang mampu mendekati levelnya. Mungkin bisa di katakan bahwa Verstappen tidak menghadapi tantangan berat dalam hal ini. 

Namun, harus di akui bahwa dominasinya di RedBull sangat mengesankan. Statistik yang mencatatkan dari 23 balapan, 19 kemenangan yang di raih menunjukkan bahwa Verstappen merupakan salah satu pembalap hebat. Yang mana, ia mampu terlihat lebih mudah dari yang sebenarnya terhadap kemenangan dengan mobil paling baik di grid. Hal ini yang memunculkan pertanyaan terkait Kelayakan Verstappen Jika Di Sandingkan Dengan Para Legenda F1

Verstappen selalu menunjukkan sikap tak kenal negosiasi, dan ini di anggap kekuatan oleh beberapa orang. Namun sejauh ini, pembalap Belanda ini hanya meraih podium untuk satu konstruktor atau tim. Meskipun ini mungkin tampak seperti detail kecil, tetapi ketika di bandingkan dengan para pembalap hebat, tiap detail menjadi sangat berarti. Seluruh legenda F1 telah meraih podium GP dengan setidaknya dua konstruktor atau tim, terkecuali Jim Clark. Meskipun Verstappen di yakini dapat meraih hasil yang sama di tempat lain, ia masih belum di katakan layak untuk “Legenda F1” ini.

Meskipun Ia Adalah Pembalap Yang Sangat Berbakat, Ada Beberapa Aspek Dalam Karirnya Yang masih Butuh Perbaikan

Kekurangan paling jelas dari Verstappen terlihat pada musim ini. Insiden yang tidak perlu di GP Austria dengan Norris dan GP Hungaria dengan pembalap veteran Mercedes menunjukkan bahwa ia masih kerap melampaui batas. Mungkin impas untuk mengatakan bahwa hal ini telah membuatnya memenangkan podium yang mana seharusnya dia tidak mendapatkannya. Selanjutnya, pada musim 2021 dengan persaingan sengit melawan Hamilton, terdapat beberapa manuver yang agresif di Jeddah, Interlagos, Monza, Barcelona, dan Imola. Salah satu yang paling kontroversial adalah insiden di Silverstone, di mana Hamilton di anggap sebagai pihak yang menyerang. Yang mana, ini adalah salah satu contoh tak umum di mana Hamilton di anggap bersalah. Kemudian, insiden tersebut sebenarnya bisa di hindari jika Verstappen yang memimpin kejuaraan saat itu melihat situasi dengan lebih luas. 

Dengan semua ini, Verstappen menunjukkan Meskipun Ia Adalah Pembalap Yang Sangat Berbakat, Ada Beberapa Aspek Dalam Karirnya Yang masih Butuh Perbaikan. Yang mana, ini sangat di perlukan untuk benar-benar menempatkannya di antara jajaran pembalap legenda F1 terhebat sepanjang masa. Sepanjang musim 2022 hingga sebelum musim 2024, beberapa orang mencatat bahwa Verstappen telah menunjukkan kedewasaan yang baru di temukan. Terlihat dengan dari berkurangnya insiden bentrokan, bahkan ketika ia harus memacu RedBull melewati barisan start setelah terkena penalti. Seperti contoh, manuver Verstappen di tikungan pertama melawan Leclerc pada tahun 2023 di GP Las Vegas, terkadang melampaui batas meskipun secara keseluruhan ia bersikap sewajarnya terhadap pembalap Ferrari tersebut. 

Ketidak-pedulian dan tidak mengganggap sebagai kelemahan, penggemar Verstappen mungkin berpendapat demikian. Namun, kehilangan poin karena insiden tersebut pasti akan menjadi perhatian mereka. Seperti contoh, Senna yang terkadang kalah dan menang dalam balapan karena manuver agresifnya, begitu juga dengan Verstappen. Bentrokannya dengan Norris di RedBull Ring misalnya, mungkin terkesan sepele tetapi kesalahan penilaian tersebut membuat Verstappen hanya finis di posisi kelima alih-alih kedua.

Seberapa Tinggi Ia Bisa Mencapai Puncak Dunia Balap

Sulit membayangkan jika legenda F1 seperti Schumacher atau Senna tidak akan memperhatikan gambaran besar dan malah fokus meraih hasil optimal pada akhir pekan. Meskipun begitu, Verstappen tidak memiliki catatan hitam dalam kariernya seperti yang di miliki Senna saat mengalahkan Prost pada tahun 1990 di GP Jepang. Atau legenda F1 lain seperti Schumacher yang berusaha mengalahkan Villeneuve pada 1997 di Grand Prix Eropa. Dia juga tidak melakukan tindakan seperti menghancurkan Hamilton pada tahun 2021 di Abu Dhabi ketika peluang tersedia baginya untuk melakukan itu. 

Dengan Verstappen yang tampaknya akan meraih gelar juara dunia F1 keempatnya tahun ini, pertanyaan besarnya adalah Seberapa Tinggi Ia Bisa Mencapai Puncak Dunia Balap. Namun, Verstappen juga belum selalu menunjukkan kemampuan yang tepat dalam memberikan keputusan. Terutama dalam perebutan gelar atau mengelola kampanye brilian di tengah rintangan. Yang mana seperti yang di lakukan salah satu legenda F1, Stewart pada 1973. Kemudian, tidak juga seperti Prost pada 1986, Senna 5 tahun kemudian, dan Alonso pada era baru musim 2012. Verstappen masih memiliki waktu untuk mencapai dua hal ini, sehingga saat ini belum bisa di tentukan di mana posisinya di antara para Legenda F1.

Exit mobile version