Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop
Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop

Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop

Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop
Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop

Nadiem Makarim Dan Kontroversi Pengadaan Laptop Tengah Menjadi Sorotan Dalam Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Laptop Chromebook. Kejaksaan Agung (Kejagung) menyidik adanya dugaan pemufakatan jahat yang mengarahkan tim teknis. Membuat kajian untuk menggunakan Chromebook berbasis sistem operasi Chrome. Meskipun uji coba 1.000 unit pada 2019 menunjukkan perangkat tersebut tidak efektif. Karena sangat bergantung pada koneksi internet yang belum merata di Indonesia. Kajian awal yang merekomendasikan penggunaan laptop berbasis Windows kemudian di duga di ganti secara sengaja agar sesuai dengan kepentingan tertentu.

Selain itu, Kejagung tengah mendalami peran tiga mantan staf khusus Nadiem yang di duga terlibat dalam penyusunan analisis yang menjadi dasar pengadaan ribuan unit Chromebook tersebut. Penyidik bahkan melakukan penggeledahan di apartemen para staf khusus tersebut untuk mengumpulkan bukti. Meski demikian, hingga kini Nadiem sendiri belum di periksa. Namun Kejagung tidak menutup kemungkinan akan memanggilnya jika bukti yang di kumpulkan mengarah kepadanya dan dianggap perlu untuk memperjelas kasus ini.

Kasus ini juga disorot karena adanya dugaan konflik kepentingan, di mana suami salah satu staf khusus Nadiem merupakan petinggi Google Asia Tenggara. Yang di duga terkait dengan pengadaan perangkat berbasis Chrome OS8. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai integritas dan transparansi dalam proses pengadaan.

Nadiem sebelumnya meluncurkan kebijakan pengadaan Chromebook sebagai bagian dari program digitalisasi sekolah dengan anggaran besar. Namun harga per unit yang mencapai Rp 10 juta dan spesifikasi yang rendah memicu kontroversi di masyarakat. Kasus ini mencoreng reputasi karier cemerlang Nadiem yang sebelumnya di kenal sebagai pendiri Gojek dan tokoh inovasi di bidang pendidikan.

Penyidikan masih berlangsung dengan fokus mengungkap siapa saja yang terlibat dan bagaimana mekanisme pemufakatan jahat tersebut terjadi. Termasuk kemungkinan pemeriksaan Nadiem untuk memastikan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran pendidikan.

Nadiem Makarim Lakukan Pengadaan Laptop Untuk Pendidikan Atau Proyek Bermasalah?

Nadiem Makarim Lakukan Pengadaan Laptop Untuk Pendidikan Atau Proyek Bermasalah?, pengadaan laptop Chromebook senilai Rp 9,9 triliun di Kemendikbudristek pada masa Nadiem Makarim menjadi sorotan publik yang menguat terkait apakah program ini benar-benar untuk pendidikan atau justru proyek bermasalah. Kejaksaan Agung (Kejagung) tengah menyidik dugaan korupsi dalam pengadaan tersebut yang berlangsung antara 2019 hingga 2023. Di duga ada pemufakatan jahat yang mengarahkan tim teknis membuat kajian agar pengadaan laptop berbasis sistem operasi Chrome yang sebenarnya tidak efektif. Karena tergantung pada koneksi internet yang belum merata di Indonesia. Padahal, uji coba 1.000 unit Chromebook pada 2019 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dan tim teknis awalnya merekomendasikan penggunaan laptop berbasis Windows yang lebih sesuai dengan kondisi infrastruktur di lapangan.

Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkap lima kejanggalan dalam proses pengadaan ini. Mulai dari pemilihan vendor yang terbatas, dugaan mark-up harga, hingga penggunaan dana yang tidak transparan. ICW juga menyatakan bahwa pengadaan ini tidak sesuai dengan kebutuhan pendidikan di masa pandemi. Saat prioritas seharusnya di fokuskan pada penyesuaian metode pembelajaran dan fasilitas pendukung lain. Bukan pembelian perangkat yang belum tentu bisa di manfaatkan secara optimal.

Kejagung telah mencekal tiga mantan staf khusus Nadiem yang di duga mengarahkan pengadaan Chromebook dan tengah mendalami keterlibatan pejabat pembuat komitmen serta kuasa pengguna anggaran. Meski Nadiem belum di periksa. Kejagung membuka peluang untuk memanggilnya jika bukti mengarah pada perannya sebagai pengguna anggaran utama.

Sorotan publik juga mengkritisi harga satuan laptop yang mencapai sekitar Rp 10 juta dengan spesifikasi rendah. Yang menimbulkan dugaan mark-up dan pemborosan anggaran. Program yang semestinya mendukung transformasi digital pendidikan ini justru menimbulkan kontroversi dan kerugian negara besar. Sehingga menimbulkan pertanyaan besar tentang integritas dan transparansi pengelolaan anggaran di Kemendikbudristek pada masa Nadiem Makarim.

Bagaimana Peran Dan Tanggung Jawab Menteri Terhadap Kasus Korupsi Di Sektor Pendidikan?

Bagaimana Peran Dan Tanggung Jawab Menteri Terhadap Kasus Korupsi Di Sektor Pendidikan?, royek pengadaan laptop Chromebook senilai Rp 9,9 triliun di Kemendikbudristek yang berlangsung pada 2019-2023 menjadi sorotan publik dan lembaga pengawas. Khususnya terkait peran dan tanggung jawab Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi saat itu, Nadiem Makarim. Kejaksaan Agung (Kejagung) tengah menyidik dugaan korupsi yang melibatkan pemufakatan jahat untuk mengarahkan penggunaan Chromebook sebagai perangkat utama. Meskipun uji coba 1.000 unit pada 2019 menunjukkan bahwa Chromebook tidak efektif karena sangat bergantung pada koneksi internet yang belum merata di Indonesia. Kajian teknis awal merekomendasikan penggunaan laptop berbasis Windows yang lebih sesuai.

Dalam penyidikan, Kejagung telah memeriksa sejumlah saksi. Termasuk dua mantan staf khusus Nadiem, Fiona Handayani dan Jurist Tan. Yang di duga berperan dalam membuat analisis yang menggolkan pengadaan Chromebook tersebut. Penggeledahan juga di lakukan di kediaman mereka untuk mengumpulkan barang bukti elektronik. Meski demikian, Nadiem Makarim belum di periksa. Namun Kejagung membuka kemungkinan untuk memanggilnya jika penyidikan mengharuskan untuk mengungkap fakta lebih lengkap.

Dari sisi anggaran, pengadaan ini menghabiskan dana sekitar Rp 9,982 triliun yang berasal dari Dana Satuan Pendidikan dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dugaan adanya rekayasa teknis, penggelembungan harga, serta manipulasi volume barang menjadi fokus utama penyidikan. Lembaga pengawas seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) juga menyoroti lima kejanggalan dalam proses pengadaan, termasuk minimnya transparansi dan potensi konflik kepentingan, mengingat Chromebook menggunakan sistem operasi yang di kembangkan oleh Google.

Peran Menteri sebagai pengguna anggaran utama menjadi pusat perhatian. Karena kebijakan dan keputusan strategis terkait pengadaan ini berada di bawah tanggung jawabnya. Publik menuntut transparansi dan akuntabilitas penuh agar kasus ini dapat di ungkap secara tuntas dan pelaku yang bertanggung jawab dapat di proses hukum. Demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan anggaran pendidikan nasional.

Antara Visi Merdeka Belajar Dan Realita Lapangan Yang Mengecewakan

Antara Visi Merdeka Belajar Dan Realita Lapangan Yang Mengecewakan, visi “Merdeka Belajar” yang di gagas oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, bertujuan membawa perubahan paradigma pendidikan Indonesia menuju sistem yang lebih fleksibel, kreatif, dan berfokus pada pengembangan potensi siswa sesuai minat dan bakatnya. Program ini menekankan penggeseran dari ujian berbasis mata pelajaran ke penilaian kompetensi yang lebih holistik, seperti Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter, serta memberikan kebebasan kepada sekolah dalam memilih kurikulum yang sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, Merdeka Belajar juga mengedepankan peran guru sebagai penggerak utama transformasi pendidikan dengan peningkatan kapasitas dan inovasi dalam pembelajaran.

Namun, realita di lapangan menunjukkan sejumlah tantangan dan kekecewaan dalam implementasi visi tersebut. Infrastruktur pendidikan yang belum merata, terutama di daerah terpencil. Menjadi hambatan utama dalam penerapan konsep pembelajaran digital dan kurikulum yang lebih mandiri. Selain itu, banyak guru yang belum memiliki pengalaman dan pelatihan memadai untuk mengadaptasi metode pembelajaran baru yang di usung Merdeka Belajar, sehingga efektivitas program ini belum optimal. Beberapa kebijakan, seperti penggantian Ujian Nasional dengan AKM, meskipun inovatif, menimbulkan kebingungan dan resistensi di kalangan pendidik dan siswa yang terbiasa dengan sistem lama.

Kendati demikian, Merdeka Belajar telah mencatat beberapa kemajuan penting, seperti penerapan ujian yang lebih berorientasi pada pengembangan keterampilan kritis dan literasi, serta upaya pemerataan kualitas pendidikan melalui sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru. Visi ini juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif terlibat dalam proses pendidikan dan memanfaatkan teknologi digital sebagai alat akselerasi perubahan.

Dengan demikian, meskipun visi Merdeka Belajar sangat progresif dan menjanjikan, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, pelatihan guru, serta dukungan sistemik yang menyeluruh agar dapat mewujudkan pendidikan yang merdeka, inklusif, dan berkualitas bagi seluruh anak bangsa. Inilah beberapa penjelasan mengenai Nadiem.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait