Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia
Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia

Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia

Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia
Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia

Transformasi Portofolio Shell Lepas Bisnis SPBU Di Indonesia Semakin Terlihat Jelas Dengan Menurunnya Permintaan BBM Jenis Bensin. Penurunan konsumsi BBM ini sebagian besar di pengaruhi oleh meningkatnya penggunaan kendaraan listrik (EV) yang semakin populer di masyarakat. Sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan konsumsi BBM pada Lebaran 2025 mencapai 103.843 kiloliter per hari. Lebih rendah di bandingkan 105.081 kiloliter per hari di 2024. Sementara transaksi pengisian daya di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) meningkat hampir lima kali lipat.

Selain itu, pengurangan jumlah pemudik pada tahun 2025 juga menjadi faktor yang memperkecil konsumsi BBM selama periode tersebut. Namun, konsumsi solar justru mengalami kenaikan sekitar 11 persen. Karena tingginya aktivitas angkutan logistik dan transportasi berbasis diesel yang masih dominan di sektor tersebut. Tren ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi BBM yang semakin di pengaruhi oleh kebutuhan sektor industri dan logistik. Sementara kendaraan pribadi mulai beralih ke energi listrik.

Transformasi Portofolio pergeseran ini juga tercermin dalam meningkatnya konsumsi BBM nonsubsidi seperti Pertamax yang di prediksi naik signifikan. Sementara konsumsi BBM bersubsidi seperti Pertalite relatif terkendali. Hal ini menunjukkan konsumen mulai beralih ke produk BBM dengan kualitas lebih baik dan ramah lingkungan. Seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengurangi kuota BBM subsidi.

Masa depan mobilitas di Indonesia di perkirakan akan semakin di dominasi oleh kendaraan listrik dan solusi energi bersih. Di dukung oleh perluasan infrastruktur pengisian daya listrik dan kebijakan transisi energi. Perubahan ini menandai transformasi pola konsumsi energi yang lebih berkelanjutan. Mengurangi emisi karbon, dan mengarah pada pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil konvensional.

Secara keseluruhan, perubahan pola konsumsi BBM menunjukkan pergeseran signifikan menuju mobilitas yang lebih hijau dan efisien. Dengan kendaraan listrik sebagai salah satu pendorong utama transformasi energi nasional ke depan.

Transformasi Portofolio Shell Dari BBM Ke Listrik

Transformasi Potofolio Shell Dari BBM Ke Listrik, Shell tengah melakukan transformasi portofolio bisnisnya dari fokus utama pada bahan bakar minyak (BBM) menuju energi listrik dan solusi kendaraan ramah lingkungan sebagai respons terhadap tren global yang semakin mengarah pada mobilitas berkelanjutan. Perubahan ini mencerminkan komitmen Shell untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih dan mengurangi emisi karbon. Sejalan dengan target net zero emission pada tahun 2050.

Sebagai bagian dari transformasi ini, Shell mengalihkan bisnis SPBU di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kepada mitra lokal melalui perjanjian lisensi, sehingga perusahaan dapat lebih fokus pada pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik (SPKLU) dan teknologi energi terbarukan. Shell berencana memperluas jaringan SPKLU secara signifikan. Dengan target menambah jumlah stasiun pengisian daya dari sekitar 54.000 unit saat ini menjadi 200.000 unit pada tahun 2030. Terutama di pasar utama. Seperti China dan Eropa yang mengalami pertumbuhan pesat kendaraan listrik.

Transformasi portofolio ini juga di dukung oleh investasi besar Shell dalam teknologi energi rendah karbon. Termasuk pengembangan bahan bakar rendah emisi, pelumas berteknologi tinggi. Serta solusi digital yang meningkatkan efisiensi energi. Shell berupaya mengurangi ketergantungan pada bisnis ritel BBM yang margin keuntungannya relatif rendah dan menghadapi tantangan regulasi ketat. Dengan mengalihkan fokus ke bisnis energi yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan.

Dengan strategi transformasi portofolio dari BBM ke listrik, Shell tidak hanya menyesuaikan diri dengan perubahan pasar. Tetapi juga mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan mobilitas yang lebih hijau dan berkelanjutan. Langkah ini memastikan Shell tetap relevan dan kompetitif di era transisi energi global. Sekaligus mendukung terciptanya sistem energi yang lebih ramah lingkungan dan efisien bagi masyarakat di seluruh dunia.

Kendaraan Listrik Mulai Menjadi Pilihan Utama Konsumen

Kendaraan Listrik Mulai Menjadi Pilihan Utama Konsumen di Indonesia seiring dengan meningkatnya minat dan kesadaran akan pentingnya mobilitas ramah lingkungan. Pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024, kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) menyumbang sekitar 30 persen dari total transaksi. Menandakan antusiasme yang cukup besar terutama di kota-kota besar. Meskipun secara keseluruhan penjualan mobil konvensional menurun. Penjualan kendaraan listrik justru menunjukkan tren peningkatan yang positif.

Pemerintah Indonesia turut mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik dengan memberikan insentif pajak, seperti pengurangan PPN dan PPnBM, yang berlaku hingga Desember 2025. Kebijakan ini bertujuan untuk menekan emisi karbon sekaligus mendorong industri otomotif berbasis EV agar berkembang pesat di pasar domestik. Selain itu, pembangunan infrastruktur pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) terus di perluas, dengan target 2.400 SPKLU di seluruh Indonesia dan sudah ada sekitar 1.200 SPKLU beroperasi di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali.

Merek-merek kendaraan listrik seperti BYD mendominasi pasar dengan pangsa pasar mencapai 38,5 persen pada kuartal pertama 2025, di ikuti oleh Wuling dan merek lainnya yang juga menunjukkan pertumbuhan penjualan yang signifikan. Model-model unggulan seperti BYD M6, Atto 3, dan Seal menjadi favorit konsumen Indonesia. Tren ini di dukung pula oleh peluncuran berbagai model baru yang semakin beragam dan harga yang semakin kompetitif, sehingga pilihan kendaraan listrik semakin menarik bagi konsumen.

Dengan meningkatnya ketersediaan infrastruktur dan dukungan kebijakan, kendaraan listrik di perkirakan akan terus menguat sebagai pilihan utama konsumen dalam beberapa tahun ke depan. Pemerintah bahkan menargetkan produksi 2 juta kendaraan listrik pada 2027-2028 sebagai bagian dari strategi besar untuk menjadikan Indonesia pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Transformasi ini menandai perubahan signifikan dalam pola mobilitas nasional menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Peran Kebijakan Pemerintah Dalam Mendorong Mobilitas Berkelanjutan

Peran Kebijakan Pemerintah Dalam Mendorong Mobilitas Berkelanjutan, pemerintah Indonesia memainkan peran krusial dalam mendorong mobilitas berkelanjutan melalui berbagai kebijakan yang mendukung percepatan adopsi kendaraan ramah lingkungan, khususnya kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB). Salah satu langkah strategis utama adalah target produksi kendaraan listrik sebanyak 2 juta unit pada tahun 2025, yang bertujuan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Untuk mendukung target tersebut, pemerintah memberikan insentif fiskal berupa Pajak Pertambahan Nilai Di tanggung Pemerintah (PPN DTP) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Di tanggung Pemerintah (PPnBM DTP) bagi kendaraan listrik dan hybrid. Insentif ini menurunkan harga jual kendaraan listrik sehingga lebih terjangkau bagi konsumen dan mendorong percepatan transisi ke energi bersih. Besaran insentif PPN DTP bervariasi berdasarkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kendaraan, dengan insentif hingga 10% dari harga jual untuk kendaraan dengan TKDN minimal 40%.

Selain insentif pajak, pemerintah juga memperluas infrastruktur pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang saat ini telah mencapai sekitar 1.200 unit di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali, dengan target 2.400 unit di seluruh Indonesia. Infrastruktur yang memadai ini menjadi kunci untuk mendukung kenyamanan dan kepraktisan penggunaan kendaraan listrik di masyarakat.

Kebijakan ini telah mendorong pertumbuhan pesat penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Pada kuartal pertama 2025, penjualan mobil listrik telah mencapai lebih dari 16.000 unit, dan pemerintah menargetkan penjualan total 100.000 unit kendaraan listrik pada akhir tahun 2025. Tren ini di dukung oleh produsen otomotif yang semakin agresif meluncurkan model kendaraan listrik dengan harga kompetitif dan fitur yang menarik.

Secara keseluruhan, kebijakan pemerintah yang komprehensif—meliputi target produksi ambisius, insentif fiskal, dan pengembangan infrastruktur—berperan penting dalam mempercepat transisi menuju mobilitas berkelanjutan di Indonesia, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan peningkatan kualitas udara. Inilah beberapa penjelasan mengenai Transformasi Portofolio.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait