Finance
EAT Lancet Commission Serukan Diet Planetary Health
EAT Lancet Commission Serukan Diet Planetary Health

EAT Lancet Commission dunia tengah berada di titik kritis dalam sejarah sistem pangannya. Seiring pertumbuhan populasi global yang di proyeksikan mencapai 10 miliar jiwa pada tahun 2050, kebutuhan akan pangan meningkat drastis, namun sumber daya bumi justru menipis. Lahan pertanian semakin terbatas, sumber air menurun, sementara perubahan iklim memperburuk produktivitas pertanian di berbagai wilayah. Dalam konteks inilah, EAT-Lancet Commission, sebuah lembaga kolaboratif antara para ilmuwan gizi, lingkungan, dan kebijakan publik dari berbagai negara, menyerukan penerapan Diet Planetary Health — sebuah pola makan global yang berkelanjutan dan sehat bagi manusia serta bumi.
Konsep ini bukan sekadar kampanye gaya hidup sehat, melainkan strategi ilmiah berbasis bukti yang bertujuan menyelaraskan kesehatan manusia dengan keseimbangan ekologi planet. Para ilmuwan EAT-Lancet memperingatkan bahwa jika kebiasaan konsumsi saat ini tidak berubah, umat manusia akan menghadapi dua bencana besar secara bersamaan: krisis gizi dan kehancuran lingkungan.
Salah satu penyebab utamanya adalah ketergantungan berlebihan pada produk hewani, terutama daging merah, yang menjadi salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca. Industri peternakan global, menurut laporan mereka, menyumbang hampir 15% dari total emisi karbon dunia, selain juga memicu deforestasi besar-besaran untuk membuka lahan pakan ternak.
Sementara itu, konsumsi makanan ultra-proses seperti makanan cepat saji, minuman manis, dan produk tinggi lemak jenuh telah menyebabkan peningkatan signifikan kasus obesitas, diabetes, serta penyakit jantung di seluruh dunia. Ironisnya, dalam waktu yang sama, lebih dari 700 juta orang masih hidup dalam kondisi kekurangan gizi.
EAT Lancet Commission dengan para ilmuwan menegaskan, perubahan ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan reformasi sistemik — mulai dari kebijakan pertanian, perdagangan internasional, hingga kebijakan fiskal dan pendidikan publik. Mereka menegaskan bahwa “makan sehat tidak hanya persoalan dapur, tapi juga keputusan politik”.
EAT Lancet Commission Dengan Prinsip Dan Komponen Utama Diet Planetary Health
EAT Lancet Commission Dengan Prinsip Dan Komponen Utama Diet Planetary Health dirancang berdasarkan keseimbangan ilmiah antara kebutuhan gizi manusia dan batas ekologi bumi. Prinsipnya sederhana: makan sesuai yang di butuhkan tubuh tanpa membebani bumi lebih dari kapasitasnya. Dalam pola ini, sekitar setengah dari piring makanan harian di isi oleh sayuran dan buah-buahan, sementara sisanya terdiri atas biji-bijian utuh, protein nabati, dan jumlah kecil protein hewani.
Para peneliti EAT-Lancet menyarankan asupan daging merah tidak lebih dari 14 gram per hari, atau sekitar satu porsi kecil per minggu. Sebaliknya, protein dapat di penuhi dari sumber alternatif seperti kedelai, lentil, kacang tanah, tempe, tahu, serta produk nabati lain yang memiliki jejak karbon jauh lebih rendah. Lemak yang di gunakan sebaiknya berasal dari minyak nabati tak jenuh seperti minyak zaitun, biji bunga matahari, dan alpukat.
Menariknya, diet ini tidak bersifat kaku. Komisi menyesuaikan panduannya dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masing-masing wilayah. Misalnya, di Asia Tenggara, protein dapat bersumber dari tempe, ikan laut rendah merkuri, atau serangga pangan yang mulai populer sebagai sumber protein berkelanjutan.
Selain aspek gizi, diet ini juga menekankan keadilan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Pertanian lokal, produksi organik, serta pengurangan limbah makanan menjadi elemen penting. Dengan menanam dan mengonsumsi pangan lokal, emisi dari transportasi pangan dapat di tekan, sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat desa.
Dari sisi kesehatan, manfaatnya sangat signifikan. Studi EAT-Lancet menunjukkan bahwa penerapan pola makan ini dapat menurunkan risiko penyakit kronis hingga 30%. Bahkan, jika di adopsi secara global, diet ini berpotensi mencegah 11 juta kematian prematur setiap tahun.
Lebih jauh, Diet Planetary Health juga mengubah cara pandang terhadap hubungan manusia dengan makanan. Makanan tidak lagi di lihat sekadar sebagai sumber energi, tetapi sebagai bagian dari sistem kehidupan yang saling terhubung — antara manusia, tanah, air, udara, dan seluruh makhluk hidup lainnya.
Tantangan Global Dalam Implementasi Diet Planetary Health
Tantangan Global Dalam Implementasi Diet Planetary Health meskipun visinya jelas, implementasi diet ini di tingkat global tidak mudah. Hambatan terbesar datang dari kekuatan ekonomi dan budaya yang sudah mengakar dalam sistem pangan dunia. Di banyak negara berkembang, daging masih di anggap simbol kemakmuran, sementara makanan nabati di persepsikan sebagai “pangan orang miskin”. Mengubah persepsi ini membutuhkan waktu dan strategi komunikasi yang masif.
Selain itu, sektor industri makanan memiliki kepentingan besar dalam mempertahankan pola konsumsi tinggi daging dan produk olahan. Lobi industri peternakan terhadap pemerintah di berbagai negara sering kali menghambat perubahan kebijakan. Sementara itu, harga pangan sehat seperti buah segar, biji-bijian organik, dan kacang-kacangan masih relatif mahal di bandingkan makanan olahan cepat saji.
Kesenjangan akses juga menjadi tantangan serius. Di negara-negara dengan tingkat kemiskinan tinggi, masyarakat sulit beralih ke diet sehat karena faktor ekonomi. Tanpa dukungan subsidi dan kebijakan pangan yang adil, diet ini bisa di anggap eksklusif bagi kelas menengah ke atas.
Komisi EAT-Lancet mengusulkan beberapa solusi: reformasi sistem subsidi pertanian. Peningkatan investasi dalam pertanian nabati, dan penerapan pajak karbon bagi industri makanan tinggi emisi. Selain itu, edukasi publik menjadi kunci. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mengintegrasikan pemahaman gizi berkelanjutan sejak usia dini, agar generasi muda tumbuh dengan kesadaran ekologis dalam memilih makanan.
Sektor swasta pun di harapkan terlibat. Produsen makanan, restoran, dan ritel besar harus mulai menyediakan pilihan menu dan produk yang sejalan dengan prinsip Planetary Health Diet. Dengan permintaan pasar yang meningkat terhadap makanan nabati, transformasi industri dapat terjadi lebih cepat dan berdampak luas.
Masa Depan Pangan Berkelanjutan Dan Seruan Aksi Global
Masa Depan Pangan Berkelanjutan Dan Seruan Aksi Global menegaskan bahwa masa depan sistem pangan dunia. Bergantung pada tindakan kolektif saat ini. Jika tidak ada perubahan besar, generasi mendatang akan menghadapi krisis pangan dan kesehatan yang lebih parah dari sekarang. Oleh karena itu, mereka menyerukan kolaborasi lintas sektor: antara pemerintah, akademisi, petani, korporasi, dan masyarakat sipil.
Salah satu strategi yang di usulkan adalah mendorong inovasi pangan berkelanjutan. Teknologi seperti daging nabati, protein fermentasi mikroba, serta pengembangan pertanian vertikal dinilai bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan tanpa merusak lingkungan.
Negara-negara juga perlu menyusun kebijakan transisi sistem pangan nasional, yang mencakup investasi pada pertanian regeneratif. Pengurangan limbah makanan, serta dukungan bagi petani kecil agar beralih ke metode pertanian ramah lingkungan.
EAT-Lancet menegaskan bahwa Diet Planetary Health bukan tentang larangan atau pengorbanan, tetapi tentang pilihan cerdas demi keberlanjutan hidup. Dunia kini dihadapkan pada dua jalan: melanjutkan sistem pangan destruktif yang mempercepat. Kehancuran alam, atau beralih menuju sistem yang menjaga keseimbangan antara manusia dan planet.
Jika di terapkan secara luas, diet ini dapat menjadi fondasi revolusi pangan global — bukan hanya menyelamatkan bumi. Tetapi juga membangun peradaban yang lebih sehat, adil, dan berdaya tahan. Misi besar ini menuntut keberanian politik, kesadaran publik, dan kemauan global untuk berubah. Karena pada akhirnya, seperti ditegaskan oleh EAT-Lancet, “planet yang sehat dimulai dari piring makan manusia dengan EAT Lancet Commission.